Hari itu senin tanggal 6 Juli tahun 2020, matahari tampak begitu ceria memancarkan cahayanya ke penjuru Nusantara. Panas tapi menghangatkan, siap mengantarkan langkah menuju tempat kemuliaan. Dengan sigap dan semangat, Ketua FMPP (Forum Masyarakat Perduli Pendidikan) Moh.Pahruroji beserta Kepala Desa Junedi yang didampingi oleh Babinsa Serka Yuli Haryo Saputro dan Sekretaris Desa Cenang Sugeng Mulyono , Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes menyambangi kediaman anak tidak sekolah (ATS).
Sebelumya, mereka sudah memiliki data siapa saja anak Cenang yang tidak sekolah lagi dan akan dilakukan verifikasi data tersebut. Mereka tentunya berdoa dan berharap, kedatangan mereka bisa membantu mencarikan solusi dan membuka pola pikir orang tua atau anak itu sendiri akan pentingnya pendidikan.
Moh. Fiqih Tomas, ATS pertama yang dikunjungi. Putra dari Bapak Darsono yang bertempat tinngal di Dukuh Wijahan Cenang rt 03 rw 08 ini sudah setahun tidak sekolah. Dulunya , Fiqih lulusan MTs. Alhasaniyah Kedawon Kecamatan Larangan Brebes. Seperti biasanya, tidak adanya dana lah yang membuat dia tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Ditemani Bapaknya, Fiqih menunduk ketika ditanya oleh Kepala Desa dan Babinsa perihal alasan dia tidak sekolah lagi. Demi mengembalikan semangatnya, Serka Yuli Haryo Saputro memberikan wejangan kepadanya bahwa pendidikan adalah salah satu jalan memperbaiki masa depan.
Selain itu, agar tidak merisaukan masalah biaya Kepala Desa Junedi mengatakan bahwa desa akan membantu melalui anggaran dana desa yang sudah ditentukan, tapi mungkin hatinya Fiqih belum tergerak untuk sekolah kembali, dia masih belum mau kembali ke bangku sekolah.
Tidak pantang menyerah, Kepala Desa dan rombongan menuju target selanjutnya. Anik Sakinatun Puadah, gadis hitam manis yang baru saja lulus dari MTs.Riyadlotul ‘Uqul Cenang. Niat hati menimba ilmu di SMK atau SMA seketika surut saat mengetahui kalau orang tuanya belum mengizinkannya. Apalagi bertepatan dengan adiknya juga yang akan masuk ke jenjang SMP/MTs.
Dalam perbincangannya dengan Kepala Desa, orang tua Anik menuturkan bahwa belum siap membiayai segala kebutuhan sekolah. Setelah dijelaskan oleh Ketua FMPP, akhirnya Anik diizinkan untuk sekolah lagi di SMK Andalusia Jatibarang yang telah bekerja sama dengan FMPP Cenang.
Kenapa Khawatir dengan Biaya Sekolah?
Cerita dia atas hanya segelintir contoh alasan anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah karena biaya. Tidak bisa dipungkiri sekolah zaman now memang serba mahal, mulai dari perlengkapan sekolah, uang saku, alat transportasi sampai biaya administrasi sekolah yang harus dibayar.
Bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tak jadi masalah tapi bagi mereka yang tak berkecukupan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi rasanya harus dipikir beribu-ribu kali.
Dulu waktu saya masih SMP sampai SMA sekitar tahun 1999-2005 tidak ada program Pemerintah semacam Program Indonesia Pintar(PIP), Program Keluarga Harapan(PKH), atau bantuan sosial lainnya. Semuanya harus dipikir sendiri. Dan Alhamdulillah bisa lulus meskipun harus menyisihkan uang saku untuk membayar Lembar Jawab Sekolah(LKS).
Lain dulu lain sekarang, Pemerintah sudah sangat baik hati dengan menggelontorkan dana untuk masyarakat dengan tujuan supaya kehidupannya lebih baik lagi, salah satunya untuk meningkatkan pendidikannya. Program dari Pemerintah bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan agar masyarakat kurang mampu dapat terbantu.
Misalnya Program Indonesia Pintar, dana PIP ini seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Tapi pada kenyataannya kita tidak tau apakah dimanfaatkan sebagaimana mestinya atau tidak. Program Keluarga Harapan pun sama, anak-anak yang masih usia sekolah diharapkan terpenuhinya gizi yang baik supaya optimal dalam belajarnya.
Tidak hanya itu, sekarang Pemerintah Brebes khusunya sedang gencar-gencarnya melaksanakan Gerakan Kembali Bersekolah(GKB) yang kemudian bekerja sama dengan Forum Masyarakat Perduli Pendidikan(FMPP) menjaring anak usia sekolah supaya semuanya bisa sekolah.
Demi kelancaran program tersebut, Pemerintah Kabupaten Brebes mengeluarkan bantuan bagi anak bersekolah kembali. Yang besarannya tingkat SMA/SMK sederajat 1.400.000, SMP/MTs sederajat 1.000.000, dan SD/MI sebesar 800.000.
Bukankah itu semua dapat membantu meringankan masyarakat yang katanya tidak mampu menyekolahkan anaknya lebih tinggi? Belum lagi dari Pemerintah Desa, sesuai amanat Undang-Undang Desa no 6 Tahun 2014 pasal tentang dana desa yang menyatakan 10% dari dana desa bisa digunakan untuk pendidikan. Seperti yang dikatakan Sekretaris Desa Cenang Sugeng Mulyono untuk tahun 2020 ini saja ada sekitar 110 jutaan dana pendidikan yang akan disalurkan untuk kegiatan GKB, PKBM dan FMPP.
Ada lagi, FMPP Desa Cenang misalnya telah mengadakan kerja sama dengan SMK Andalusia Jatibarang. Jadi anak GKB Cenang mendapat keringanan biaya pendidikan. Mereka pun tidak perlu kawatir masalah transportasi karena sudah disediakan mobil antar jemput.
Memberikan hak pendidikan adalah tetap menjadi kewajiban dan tanggungjawab utama orang tua, pihak ketiga hanyalah sebagai pemberi motivasi. Bagaimanapun juga jika anak sukses maka orang tua lah pihak pertama yang paling berbahagia. Semoga dengan banyaknya dukungan baik materi maupun moril masalah pendidikan di Indonesia umumnya dan di Brebes khusunya akan tertangani dan menjadi lebih baik lagi.
Salam Kompasianer Brebes
Penulis : KBC-40 ROIKHATUL JANAH Tinggal di Desa Cenang Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes